Batik Jawa sebagai “Lingua Franca”


Akhirnya kita memiliki hari Batik Nasioanal pasca diakuinya batik tanah air sebagai warisan budaya dunia tak benda oleh UNESCO,2 oktober 2009. Maka hari batik dirayakan dengan berbagai kegiatan,mulai festival,seminar,liputan,fashion show,berbusana batik ke kantor dan seterusnya.
Ditengah fenomena kalim-klaim produk kebudayaan kita oleh negeri jiran,wajar pengakuan UNESCO mendapat apresiasi yang besar. Betapa tidak,setelah tempe dipatenkan Jepang,reog dan tari pender dan terakhir tor tor diklaim olah Malaysia (konon batik juga dipatenkannya),pengakuan tersebut menjadi tamparan telak bagi pihak-pihak yabng hemar membajak karya cipta bangsa lain.
Kebetulan atau tidak,lahirnya hari batik pada bulan oktober bertepatan dengan bulan bahasa. Kita tahu,pada 28 oktober 1928,Sumpah pemuda diikrarkan oleh pemuda Indonesia yang datang dari berbagai latar etnik dan daerah. Sungguh pun berbeda-beda,mereka bertekad bersatu dalam soal kebangsaan,tanah air dan bahasa Indonesia. Khusus butir terakhir inilah yang membuat Oktober dikenal pula sebagai bulan Bahasa.
Lalu apa hubungan hari batik dan bulan bahasa? ini menarik dilihat dari konsepsi yang melingkupinya. Secara tehnis,batik berada di tataran bahasa visual. Sebagaimana bahasa verbal,bahasa visual sama-sama memuat ekspresi dituangkan lewat pola,motif dan warna yang kemudian dikenal sebagai seni rupa/kriya;sementara bahasa verbl mengolah kata menjadi “indah’ yang dikenal sebagai seni sastra/drama. Karya seni juga memuai gagasan maupun bentuk,sehingga publik bis mengapresiasinya,dan terciptalah komunikasi. Dalam konteks inilah M Dwi Marianto (1999) juga pernah menyebut batik sebagai “jurnal sekaligus cambuk”.
“Lingua Franca”

Tidak kalah menarik adalah melihat konsepsi historis lingua franca,yang ternyata bukan hanya milik bahasa,namun juga cocok menggambarkan kedudukan batik kita. Menurut sejarah,bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu Riau yang tersebar luas di nusantara. Karena penyebarannya yang luas di Nusantara. Karena penyebarannya yang luas,maka secara tidak resmi bahasa melayu dipergunakan sebagai bahasa pengantar di berbagai bandar,menjadi “bahasa dagang” atau yang dikenal sebagai lingua franca itu.
Namun lingua franca juga merujuk pada makna berbaurnya bahasa melayu dengan bahasa daerah yang lain apakah Sunda,Jawa,Bali,Bugis atau Timor bahkan bahasa asing seperti arab,Belanda,dan Portugis sehingga saling menyerap dan memperkaya.
Demikian pula yang terjadi dengan batik. Selama ini batik identik dengan Jawa,padahal selain di Jawa,batik juga dikenal di berbagai daerah di Indonesia,tentu dengan segala corak,tehnik dan kreasinya. Kita misalnya mengenal kain basurek (Bengkulu),batik Madura,batik Lombok,kain Jawo (padang) dan sebagainya. Atau bisa diamati motif lokchan,selain di Tuban juga ada di Sumbar dan Bali. Di Pulau Jawa sendiri terdapat banyak sentra batik seperti CirebobmPekalongan,Solo dan Yogyakarta. Selain sentra utama itu,terdapat sentra lain seperti Tasikmalaya atau Trenggalek.
Sejarah batik di Jawa yang panjang ditambah perkembangannya yang pesat,membuatnya menyebar ke berbagai wilayah. Sebagaimana bahasa Melayu,penyebaran batik Jawa ikut mempengaruhi batik di daerah lain,tanpa menutup kemungkinan bahwa iapun menyerap motif-motif batik setempat. Lewat ibnterkasi yang padan,batik muncul ke permukaan bukan hanya sebatas sandangf,namun sekaligus memanggul lambang identitas. Pencuatan identitas lewat medium utama tanpa mematikan medium lain inilah yang disebut lingua franca. Maka sebagaimana masyarakat dari berbagai bahasa ibu ikhlas menerima bahasa Melayu sebagai cikal bakal bahasa nasional,tentu kita pun iklhas menerima batik Jawa sebagai identitas batik nasional.
Analog dengan bahasa nasional yang tidak boleh menisbikan keberadaan bahasa daerah,demikian pula batik nasional. Bahasa daerah harus terus dikembangkan,para penuturnya diberi ruang lapang untuk berekspresi dan berkreasi. Begitu pula corak dan sentra-sentra batik yang tumbuh di berbagai daerah mesti diapresiasi dan mendapat perlakuan setara.
Semoga Hari Batik menjadi bahasa baik identitas nasional kita. Amiiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar